Kalau segalanya serba baru, pasti itu semua nggak lepas dari yang lama. Jadi, apa nih yang kira-kira lama tapi nggak terlupakan dan terus melekat di hati peminatnya?
That’s right! Mural memang satu kata yang pas untuk itu. Kalian pasti sudah sering dengar ‘kan? Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya.
Sekarang kita cari tahu lokasi-lokasi mana aja yang banyak dijumpai adanya seni corat-coret tersebut. Pastinya di lingkup kota pelajar, cause aku hidup di sana.
Galeria Junction
Jantung kota Jogja ini menghubungkan daerah teramai mulai dari Jalan Sudirman dengan bangunan RS Bethesda yang tua, Jalan Sagan yang ramai, Jalan Solo yang menjadi surga belanja, dan wilayah lempuyangan yang terkenal dengan stasiun tertua di Jogja.
Di timur laut perempatan ini, dulunya merupakan tempat perjudian. Bisa dibilang, Las Vegas di kota Jogja yang kecil. Beda lagi sama bagian barat tempat judi tersebut, yang dulu berdiri sebuah warung kecil yang menjual aneka jajanan. Konon warung inilah yang menjadi saksi kekalahan para penjudi karena mereka yang kalah bertaruh sering berkeluh kesah, meratapi ‘kesialan’ yang menimpa mereka, sambil memandang kemewahan di seberang sana: Galeria Mall.
Maka digagaslah sebuah tema ‘Membeli Mimpi’ oleh Farhanski dan komunitas seni Apotek Komik untuk mural yang mengambil objek di dinding barat tempat perjudian tersebut. Karya itu ternyata bertujuan menyentil hati para penjudi agar tidak selalu menggantungkan harapan mereka pada keberuntungan di meja judi. Pesan-pesan penuh makna tersebut dihadirkan dalam tulisan besar berbunyi Urip Waton Ngelinding, Nggelindinge wong ndhuwur iso mabur, nggelindinge wong ngisor mundak ndlosor, dan Rejeki niku Gusti allah sing ngatur, ora usah ngoyo lan nggresulo. Ada juga gambar-gambar yang menjelaskan maksud mural, seperti gambar tokoh-tokoh dalam kartu yang sering dipergunakan untuk judi.
Tidak eksklusif sebagai karya agung senimannya semata, tapi juga merupakan karya warga sekitar. Sebab apa yang digambarkan tetap didiskusikan dan dibuat dengan campur tangan warga sekitar, bahkan sempat 3 kali diganti dalam tempo pembuatannya.
Lempuyangan Flyover
Dibangun di timur Stasiun Lempuyangan yang tak lain adalah stasiun tertua di Jogja, Jembatan Layang Lempuyangan sejak 7 tahun terakhir rupanya menjadi sarana membangun imajinasi. Kolong jembatan ini mampu menjadi ruang publik alternatif di tengah minimnya taman bermain atau areal lapang di Jogja.
Banyak aktifitas menarik di kolong itu dipotret oleh komunitas seni Apotek Komik, kemudian menginspirasi pembuatan karya mural pada tahun 2002. Kita biasa menikmatinya saat melirik sisi-sisi dinding jembatan dan juga tiang beton yang menjulang dekat palang kereta api.
Selain untuk semakin meramaikan suasana areal bawah jembatan layang, pembuatan mural-mural ini juga sekaligus memperkenalkan karya seni yang harapannya bisa diapresiasi warga kota Jogja dan merawat sudut-sudut kota yang luput dari perhatian.
Pernah lihat ‘kan? Kalau belum, coba deh luangkan waktu jalan-jalan ke sana! Dijamin mengundang decak kagum! Masih banyak sih, titik-titik di Jogja yang memamerkan seni mural, tapi 2 spot di atas tadi semoga bisa menginspirasi kalian!
Referensi: www.yogyes.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar